Langsung ke konten utama

Potensi Sumber Daya Alam Provinsi Lampung








Peta Provinsi LampungKota Bandar Lampung merupakan ibu kota provinsi Lampung, Indonesia. Kota ini memiliki luas 207,50 km² dengan populasi penduduk sebanyak 879.651 jiwa (sensus 2010), kepadatan penduduk 4.597 jiwa/km² dan tingkat pertumbuhan penduduk 3,79 % per tahun.
Secara geografis, ibukota provinsi Lampung ini berada di pintu gerbang utama pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut DKI Jakarta.
Didukung oleh posisi yang strategis, menyebabkan mobilitas penduduk serta lalu lintas di setiap ruas jalan protokol di Bandar Lampung cenderung padat, sehingga sebagai salah satu kota tersibuk di Indonesia bagian barat, Bandar Lampung memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya.
Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Oleh karena itu Kota Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial politik, pendidikan dan kebudayaan serta merupakan pusat kegiatan perekonomian dari Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat beraneka ragam, prospektif, dan dapat diandalkan, mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, sampai kehutanan. Provinsi ini memiliki lahan sawah irigasi teknis seluas 103.245 ha, sawah, irigasi setengah teknis 24.164 ha, dan lahan sawah  irigasi non teknis seluas 244.008 ha. Total saluran irigasi mencapai 371.417 km. Sawah-sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 2.129.914 ton padi (gabah keringgiling/GKG), terdiri atas 1.959.426 ton padi sawah dan 170.488 ton padi ladang. Dibanding dua tahun terakhir, produktivitas padi yang dicapai meningkat, Pada 2004, produksi padi mencapai 2.091.996 ton sementara pada 2005 mencapai 2.124.144 ton, Semua itu belum termasuk produksi ubi kayu rotan 2006 mencapai lebih dari 5.473.283 ton, dan produksi jagung 1.183.982 ton. Dengan demikian ketahanan pangan di provinsi ini cukup kuat.
Kawasan hutan mencapai 1.004.735 ha atau sekitar 30,43 % dari luas wilayah provinsi, terdiri atas hutan lindung 317.615 ha, hutan suaka alam dan hutan wisata/taman nasional 462.030 ha; hutan produksi terbatas 33.358 ha dan hutan produksi tetap 91.732 ha. Dalam rangka mendukung pembangunan berwawasan lingkungan yang berkesinambungan, produksi kehutanan kini lebih diarahkan kepada hasil hutan non kayu dan potensi ekowisatanya. Hasil hutan pada 2006 berupa kayu bulat sebanyak 3.4121.171 m³, kayu gergajian 145.732,25 m³ dan kayu lapis 82.714.45 m³, Sedangkan produksi basil hutan non kayu berupa damar mata kucing sebanyak 5.454,17 ribu ton, damar batu 1.351,30 ton, arang 30.347 rotan manau 3.000 batang, dan rotan lilin 1.293,24 ton.
Dari laut dan sungai sungainya yang besar pada 2006 Lampung menikmati hasil tangkapan laut hingga 133.503,4 ton, sedangkan tangkapan perairan umum mencapai 10.345,4 ton. Produksi budidaya tambaknya mencapai 164.264,8 ton, budidaya air tawar mencapai 17.448,9 ton dan hasil budidaya laut sebanyak 1.569,7 ton

Daerah berlahan kering yang mencapai 89,88% dari total luas provinsi adalah tempat yang sangat cocok untuk mengembangkan sapi potong. Dengan potensi ini, Lampung memiliki perusahaan penggemukan sapi potong (feedlotters) terbesar di Indonesia dengan total populasi sapi potong mencapai 428 ribu ekor atau sama dengan 60% dari total populasi sapi potong nasional di feedlotter. Provinsi ini juga dikenal sebagai penghasil jagung, ubi kayu, dan dedak halus sebagai bahan baku pembuat konsentrat yang sangat dibutuhkan oleh ternak. Dengan dukungan potensi bahan baku ini, Lampung mampu menghasilkan produksi 23 juta ekor ayam potong pada 2006, meningkat dibandingkan dengan produksi 2005 yang mencapai 21 juta ekor ayam potong.
Perekonomian di Provinsi Lampung juga sangat didukung oleh produksi perkebunan seperti kopi, lada, karet, kelapa, dan tebu. Produksi kopi pada tahun 2006 mencapai 143.050 ton, produksi kakao 22.976 ton, lalu diikuti produksi kelapa dalam lebih dari 112.631 ton, lada 24.011 ton, karet 54.461 ton, kelapa sawit 367.840 ton, dan tebu 693.613 ton. Dari hasil produksi tebu itu Lampung memberi kontribusi 35% dari total produksi gula nasional, meningkat dibanding kontribusi 2005 yang mencapai 20%.
Keanekaragaman sumberdaya mineral di provinsi itu meliputi mineral logam, bahan galian industri, bahan galian energi, dan bahan galian konstruksi. Pada 2006, dari galian industrinya berhasil diproduksi 1.980.000.000 m³ andesit, 389.000.000 m³ felspar dan 590.000.000 m³ granit dengan mutu terjamin. Untuk cadangan zeolit sebesar 2.145.000 m3 dengan cadangan yang diprediksi sebesar 8.000.000 m³, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor, Bahan galian logam yang ada di provinsi ini meliputi emas, mangaan, bijih besi dan pasir besi, namun baru sebagian saja dari potensi ini yang telah dikelola. Sekarang sumberdaya energi terbaru berupa panas bumi, air, serta bahan bakar nabati (BBN) yang berasal dari tebu, singkong, sawit, dan tanaman jarak tengah dikembangkan, Saat ini Provinsi Lampung memiliki pabrik etanol berbahan tebu terbesar di Indonesia.
Potensi energi seperti panas bumi yang berlokasi di daerah Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, mencapai 400 MW. Di Suoh, Kabupaten Lampung Barat, potensi tersebut mencapai 300 MW. Semua potensi itu telah di eksplorasi oleh Pertamina sebesar 110 MW. Potensi air untuk pembangkit tenaga listrik     juga sangat besar. Pada SWS Way Semangka Upper tersedia kapasitas sebesar 78 MW dan telah dioperasikan melalui PLTA Besai dan PLTA Baru Tegi. Pada SWS Way Semangka Lower dan Way Semung masing-masing tersedia potensi sebesar 76 MW clan 2,6 MW.

Potensi wisata
Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata mencakup pembangunan aspek ekonomi dan aspek sosial budaya, serta dilakukan secara sinergis dengan berbagai sektor lain.  Propinsi Lampung telah menetapkan tujuh obyek wisata unggulan dalam upaya mewujudkan Lampung sebagai daerah tujuan wisata. Obyek wisata unggulan yang telah ditetapkan adalah:
1) Kawasan Wisata Bakauheni dan Land Mark Menara Siger,
2) Kawasan Ekowisata Kalianda dan sekitarnya,
3) Kawasan Wisata Agro Pekalongan, Lampung Timur,
4) Pengembangan Ekowisata Taman Hutan Rakyat Gunung Betung,
5) Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Way Kambas,
6) Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.


lmp1.jpglmp3.jpgSelain itu wisata unggulan juga terdapat obyek wisata penunjang yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota, meliputi obyek wisata alam 177 buah dan obyek wisata buatan termasuk obyek wisata budaya sebanyak 145 obyek . Sampai dengan lmp1.jpgtahun 2006, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lampung mencapai  843.768 orang wisatawan nusantara atau naik 22,44 % dari tahun 2005; sedangkan wisatawan mancanegara sebanyak 6.893 orang atau naik 27,08 % dibandingkan tahun 2005.

Potensi Sosial Budaya Provinsi Lampung

04-01-2008
http://www.indonesia.go.id/id/images/provinsi/lampung.pngProvinsi Lampung dikenal juga dengan julukan “Sang Bumi Ruwa Jurai” yang berarti satu bumi yang didiami oleh dua macam masyarakat (suku/etnis), yaitu masyarakat Pepadun dan Saibatin. Masyarakat pertama mendiami daratan dan pedalaman Lampung, seperti daerah Tulang Bawang, Abung, Sungkai, Way Kanan, dan Pubian, sedangkan masyarakat kedua mendiami daerah pesisir pantai, seperti Labuhan Maringgai, Pesisir Krui, Pesisir Semangka (Wonosobo dan Kota Agung), Balalau, dan Pesisir Rajabasa.
Di samping penduduk asli Suku Lampung, Suku Banten, Suku Bugis, Jawa, dan Bali juga menetap di provinsi itu. Suku-suku ini masuk secara massif ke sana sejak Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905 memindahkan orang-orang dari Jawa dan ditempatkan di hampir semua daerah di Lampung. Kebijakan ini terus berlanjut hingga 1979, batas akhir Lampung secara resmi dinyatakan tidak lagi menjadi daerah tujuan transmigrasi. Namun, mengingat posisi Lampung yang strategis sebagai pintu gerbang pulau Sumatera dan dekat dengan Ibu Kota Negara, pertumbuhan penduduk yang berasal dari pendatang pun tetap saja tak bisa di bendung setiap tahunnya.
Umumnya masyarakat Lampung mendiami kampung yang disebut dengan Tiyuh, Anek, atau Pekon. Beberapa kampung tergabung dalam satu marga, sedangkan kampung itu sendiri terdiri atas beberapa buway. Di setiap buwat atau gabungan buway terdapat rumah besar yang disebut Nuwou Balak. Biasanya Nuwou Balak ini merupakan rumah dari kepala kerabat yang merupakan pemimpin klan dari kebuwayan tersebut, yang disebut juga dengan punyimbang bumi.
Masyarakat Lampung memiliki bahasa dan aksara sendiri, namun penggunaan bahasa Lampung pada daerah perkotaan masih sangat minim akibat heterogenitas masyarakat perkotaan dan karena itu penggunaan Bahasa Indonesia lebih menonjol. Untuk daerah pedesaan, terutama pada perkampungan masyarakat asli Lampung (riyuh ataupun pekon), penggunaan Bahasa Lampung sangat dominan. Bahasa Lamapung terdiri dari dua dialek, pertama dialek “O” yang biasanya di gunakan oleh masyarakat Pepaduan, meliputi Abung dan Menggala: serta dialek “A” dan umumnya digunakan masyarakat Saibatin, seperti Labuhan meringis, Pesisir Krui, Pesisie Semangka, Belalau, Ranau, Pesisir Rajabasa, Komering, dan Kayu Agung. Namun demikian ada pula masyarakat Pepaduan yang menggunakan dialek “A” ini, yaitu Way Kanan, Sungkai, dan Pubian. Di samping memiliki bahasa daerah yang khas, masyarakat Lampung juga memiliki aksara sendiri yang disebut dengan huruf kha gha nga. Aksara dan Bahasa Lampung itu menjadi kurikulum muatan lokal yang wajib dipelajari oleh murid-murid SD dan SMP di seluruh Provinsi Lampung.
Nilai-nilai budaya masyarakat Lampung bersumber pada falsafah Piil Pasenggiri, yang terdiri atas:
Piil Pasanggiri (harga diri, perilaku, sikap hidup):
  1. Nengah nyappur (hidup bermasyarakat, membuka diri dalam pergaulan):
  2. Nemui nyimah (terbuka tangan, murah hati dan ramah pada semua orang)
  3. Berjuluk Beadek (bernama, bergelar, saling menghormati)
  4. Sakai Sambayan (gotong royong, tolong menolong)
Nilai-nilai masyarakat Lampung tercermin pula dalam bentuk kesenian tradisional, mulai dari tari tradisional, gitar klasik Lampung, sastra lisan, sastra tulis, serta dalam bentuk upacara kelahiran, kematian dan kematian. Pembinaan terhadap seni budaya daerah ini dilakukan oleh pemerintah daerah dan lembaga adat secara sinergis. Pada tahun 2006 terdapat sejumlah organisasi kesenian, baik yang bersifat seni tradisional maupun kreasi baru, yang tersebar di berbagai daerah di Lampung. Cabang organisasi tersebut meliputi 127 organisasi seni tari, 87 organisasi seni musik, 15 organisasi seni teater, dan 30 organisasi seni rupa.

Provinsi ini juga memiliki 438 benda cagar budaya yang dimiliki warga masyarakat dan 93 lokasi komplek situs kepurbakalaan yang tersebar di berbagai daerah. Situs kepurbakalaan zaman prasejarah itu antara lain Taman Purbakala Pugung Raharjo do Lampung Timur, situs Batu Bedil di Tanggamus, dan situs Kebon Tebu di Lampung Barat yang berupa menhir dan dolmen. Ada juga situs purbakala zaman Islam berupa kuburan kuno di Bantengsari, Lampung Timur, dan makam Islam di Wonosobo, Tanggamus. Situs kesejarahan antara lain Makam Pahlawan Nasional Raden Intan II di Lampung Selatan. Di Museum Negeri Rua Jurai Lampung, menurut catatan terakhir 2006, ada 4.369 benda berharga yang berasal dari berbagai jenis koleksi yang bernilai sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Pada kunjungan kerja ke Provinsi Lampung pada tanggal 14 Juli 2005, dalam acara Peresmian Pembukaan Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IX tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpesan bahwa: Bangsa kita memang bangsa yang majemuk, yang mempunyai latar belakang kesukuan, kebudayaan, dan keagamaan yang berbeda-beda. Namun hakekat kemanusiaan sesungguhnya adalah satu, yaitu semua manusia adalah ciptaan Tuhan. Sebab itu, perbedaan-perbedaan tidaklah menjadi halangan bagi kita untuk hidup rukun, hidup damai, dan hidup bersatu menjadi sebuah bangsa di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Potensi Investasi Provinsi Lampung




Provinsi Lampung memiliki posisi yang strategis karena wilayahnya terletak di ujung Pulau Sumatera bagian selatan, yang merupakan pintu gerbang menuju Pulau Sumatera dari Pulau Jawa. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 35.288,35 Km² yang dihuni oleh 6.915.950,00 jiwa (tahun 2004) dengan kepadatan penduduk mencapai 196 jiwa/km². Secara administratif, Lampung terdiri dari 2 kota dan 8 kabupaten dengan Bandar Lampung sebagai ibukota provinsi.
Pada tahun 2005, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lampung berdasarkan harga konstan mencapai Rp. 29,32 triliun, kontribusi terbesar datang dari sektor pertanian dengan nilai sebesar Rp. 12,42 triliun atau 42,4% dari total PDRB disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan dengan nilai masing-masing sebesar Rp. 4,62 triliun (15,8%) dan Rp. 3,90 (13,2%), sebagaimana grafik di samping.
Komoditi unggulan provinsi ini berupa tebu, karet dan kakao. Sedangkan unggulan yang lain adalah sub sektor peternakan.
Kegiatan ekspor utama dari provinsi ini untuk tahun 2003 berupa udang dengan nilai ekspor sebesar US$ 141,000,000 disusul kopi dan nanas kaleng dengan nilai ekspor masing-masing sebesar US$ 129,207,000 dan US$ 61,020,000.
Perkembangan perekonomian Provinsi Lampung ditunjang dengan adanya 3 (tiga) kawasan industri utama yaitu Kawasan Industri Lampung, Tanjung Bintang, dan Agropolitan yang semuanya terletak di Kabupaten Lampung Selatan serta dengan dukungan 16 pelabuhan baik besar maupun kecil dan Bandar Udara Raden Inten II yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan. Gambaran secara umum mengenai sarana penunjang di Provinsi Lampung dapat dilihat pada peta dibawah ini.
Perkembangan nilai ekspor Lampung 2008 secara year on year tumbuh 72,3%. Peningkatan ekspor yang cukup tinggi terjadi hingga pertengahan tahun. Namun, gejolak keuangan global menyebabkan penurunan ekspor yang cukup signifikan pada akhir 2008.
Menurut Pemimpin Bank Indonesia Lampung Mokhammad Dakhlan, pekan lalu, turunnya permintaan luar negeri sebagai efek krisis global menyebabkan penurunan nilai ekspor Lampung. Namun, ekspor tahun 2008 tumbuh signifikan dengan porsi meningkat dari 7,9% (2007) menjadi 16,46%.
Sementara itu, berdasar pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung yang diperoleh dari surat pemberitahuan ekspor barang (PEB) di Pelabuhan Panjang, selama periode Januari hingga Desember 2008, nilai ekspor Lampung mencapai 2,74 miliar dolar AS atau naik 78,09% dibanding dengan tahun 2007.
Menurut Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Lampung Dody Gunawan Yusuf, Senin (2-2), sepanjang tahun 2008, kontribusi terbesar ekspor Lampung disumbangkan komoditas kopi, yaitu 26,38% dari total ekspor Lampung. Diikuti minyak nabati 23,88%, bubur kertas/pulp 8,76%, dan ikan-udang 8,75%. "Peranan keempat golongan ini mencapai 67,78% dari total ekspor Lampung sepanjang Januari hingga Desember 2008," papar Dody. Selama periode Januari--Desember 2008, Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor terbesar Lampung, yaitu senilai 387,46 juta dolar AS (14,12%). Disusul Jerman 353,02 juta dolar AS (12,87%), Jepang 306,64 juta dolar AS (11,18%), dan Belanda 293 juta dolar AS (10,68%).
Sementara itu, untuk kegiatan impor nonmigas berdasar pada data BPS naik 71,69% sepanjang tahun 2008 dibanding dengan 2007, yaitu dari 418,57 juta dolar AS (2007) menjadi 718,65 juta dolar AS (2008). Sedangkan berdasar pada perhitungan BI, impor Lampung di 2008 tumbuh 52,4% atau cukup stabil.
Komoditas impor yang memberikan andil terbesar tahun 2008 ini berasal dari pupuk, yaitu mencapai 35%. Diikuti binatang hidup 22,77%, mesin-mesin/pesawat mekanik 8,77%, dan biji-bijian berminyak 6,50%. Sedangkan negara pemasok barang impor terbesar Januari--Desember 2008 berasal dari Australia senilai 167,61 juta dolar AS (23,32%).
Diikuti China 85,41 juta dolar AS (11,88%), Amerika Serikat 82,49 juta dolar AS (11,48%), dan Korea Selatan 40,22 juta dolar AS (5,60%). Sementara itu, impor nonmigas dari negara-negara ASEAN mencapai 8,73% dan Uni Eropa 3,83%.
sumber: indonesia.go.id 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UTS Ekonomi Publik

1.      -  Peranan atau campur tangan pemerintah dalam suatu perekonomian sering didasarkan pada argumentasi Kegagalan Mekanisme Pasar.Tetapi dengan semakin besarnya peranan pemerintah (Birokrasi) menyebabkan terjadinya inefisiensi produksi dan high cost economy. Jelaskan faktor-faktor apa yang menyebabkan kegagalan mekanisme pasar dan kegagalan birokrasi ? Untuk perekonomian Indonesia, sebaiknya menggunakan sistem yang mana ? Jawab: Kegagalan Pasar (market failure) terjadi ketika market equilibrium tidak efisien (inefficient market equilibrium) terjadi, yang menghasilkan terlalu sedikit atau terlalu banyak dalam menggunakan sumberdaya dalam produksi barang & jasa. Faktor penyebab kegagalan pasar a.        Kegagalan dari persaingan (failure of competition). b.         Adanya barang publik (public good). Teradapat beberapa jenis barang yang tidak seorangpun yang bersedia menghasilkannya atau mungkin dihasilkan oleh pihak swasta akan tetapi dala

UTS EKONOMI INDUSTRI

UTS EKONOMI INDUSTRI UJIAN TENGAH SEMESTER PADAT 2009/2010 Mata Kuliah : Ekonomi Industri Hari/Tanggal : Minggu, 1 Agustus 2010 Petunjuk : Kerjakan semua soal yang ada dibawah ini dengan penjelasan yang lengkap disertai contoh kasus konkrit. Dikumpulkan di prodi, hari SENIN,2 AGUSTUS 2010 paling lambat JAM 11.00WIB. 1. Pasca Presiden Soeharto terjadi perubahan orientasi kebijakan industri. Setelah Soeharto digantikan oleh Presiden habibie pada tahun 1998, jenis kebijakan industrinya berubah menjadi periode pemulihan krisis. Selama masa masa pemerintahan Gus Dur dan Megawati, kebijakan industri yang diterapkan adalah revitalisasi, konsolidasi dan restrukturisasi industri, serta mulai menerapkan pendekatan kluster. Orientasi kebijakan pun berubah antar inward dan outward looking. Berdasarkan fenomena diatas, Grand Strategi Industri yang bagaimanakah yang seharusnya ditempuh oleh Indonesia ke depan dalam mewujudkan perubahan iklim investasi dan implementasi pembangunan di Indone

Faktor Penyebab Kegagalan Pasar

Oleh: Saeful Fachri Kegagalan pasar, yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidang-bidang penelitian yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar. Terdapat 6 (enam) faktor penyebab kegagalan pasar yaitu: a. Kegagalan dari persaingan (failure of competition). b. Adanya barang publik (public good). barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif. Ini berarti: konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi oleh individu lainnya; dan noneksklusif berarti semua orang berhak menikmati manfaat da